Cerita Mutasi PNS Dari Kantor Pusat ke Kantor Daerah
Sebelum masuk ke cerita utama, ada baiknya saya menceritakan flashback beberapa tahun kebelakang. Ketika pertama mendaftar PNS tahun 2014 dengan penempatan Jakarta, saya terbesit sedikit keinginan untuk pindah ke Jogja. Seperti kata orang, daftar aja dulu, mutasi kemudian. Tetapi melihat peluang dan keadaan yang tidak memungkinkan maka semakin hilang keinginan tersebut. Bagaimana tidak, formasi untuk Jogja pada angkatan saya hanya 1 orang itupun untuk akuntan. Ditambah lagi ketika hari pertama perkenalan dengan Direktur di unit kerja Pusat dikasih wejangan, beliau berkata “Nah ini orang Jogja, jangan sekali-kali berkeinginan untuk pindah ke Jogja, udah penuh antriannya”. Seperti bisa membaca pikiran saya, sehingga menimbulkan pertanyaan ada apa gerangan? Setelah mengamati dan observasi sekian waktu, ternyata banyak sekali PNS dengan homebase Jogja, entah dari Gunung Kidul, Bantul, Sleman maupun Kulon Progo. Menurut rumor yang beredar, antrian untuk pindah ke Jogja mencapai puluhan orang.
Melihat hal tersebut di atas, apakah masih ada harapan untuk anak baru seperti saya? Saya pikir dalam waktu dekat sepertinya mustahil. Apalagi pekerjaan saat itu yang dibebankan kepada saya levelnya satker Deputi, tentu sulit mencari penggantinya. Tahun berganti seiring berjalan waktu, ada celah untuk keluar dari beban tersebut, mulai mencari pengganti silih berganti, dan mulai kembali ke unit kerja, setidaknya bukan dilevel satker deputi.
Gayung bersambut, penantian panjang, wait n see, pada tahun 2023 terbukalah pintu tersebut berupa Seleksi Terbatas. Walaupun tidak ada formasi yang bisa saya daftar, setidaknya asa itu mulai tumbuh. Sosialisasi saya ikuti, testimoni kawan yang mendaftar saya amati satu per satu, ada kisah sukses, ada pula kisah gagal. Bahkan ternyata rekan 1 unit kerjapun ada yang mendaftar dan sukses pindah. Sudah kuduga pasti ada yang mengajukan dari rekan seunit, maka dari itu saya menahan diri untuk tidak menunjukkan keinginan untuk pindah.
Seleksi Terbatas batch 1 sudah selesai, pengumuman yang diterima sudah ditetapkan. Saya hanya terpaku membisu melihat pengumuman tersebut di website Biro SDM. Melihat nama-nama yang terpampang, membayangkan bagaimana wajah mereka setelah diterima. Melihat postingan medsos bahwa mereka akan pindah dalam waktu dekat. Membakar keinginan untuk pindah.
Tibalah disuatu waktu, ketika termenung melihat pengumuman, muncullah pengumuman Seleksi Terbatas batch 2. Entah tiba-tiba saja ada, tanpa sosialisasi atau apapun kehebohan itu. Saya sendiri tertarik tapi masih denial, apakah bisa mendaftar formasi ini, apakah boleh dari JFT? Apakah tidak apa-apa kalo tidak linear? Teringat kawan di UPT yang akan saya tuju, usut punya usut, ternyata formasi tersebut tidak mensyaratkan JFT, dan lebih longgar. HHHmmmm angin surga berhembus sejuk sekali, tapi saya masih juga belum percaya. Aneh emang, saya gak gampang percaya.
Malam hari setelah ketidakpercayaan siang itu, saya mulai mendaftar website untuk Seleksi Terbatas, dan boooommm. Ternyata saya bisa mendaftar walopun dari JFT. Ingin ku teriak, jingkrak layaknya kuda jingkrak ferari. Kuisi form-form persyaratan. Paginya, detak jantung berdegup lebih kencang, ku print dengan hati-hati berharap tidak ada yang tau. Layaknya maling, saya gak mau ada yang tau. Seolah semesta mendukung, tetiba pimpinan memanggil, tak membuang waktu saya bawalah berkas yang perlu ditandatangan itu. Akan tetapi sebelum itu, saya japri dulu atasan langsung, agar tidak dianggap melangkahi, yah walopun akhirnya dianggap melangkahi sih. Mau gimana lagi, beliau sedang dinas luar, sedangkan bara api mutasi sedang panas-panasnya. Memasuki ruang Direktur dan menyampaikan formulir tersebut, pertanyaan pertama dari beliau “ sudah berapa lama disini mas?” kujawab dengan lantang “9 tahun pak, hampir 10 tahun”. Seperti sedang memikirkan sesuatu, beliau jawab “baik nanti saya diskusikan dulu dengan atasanmu”. Saya “baik pak”. Alhamdulillah pikirku, menjawab ditolakpun aku udah siap. Yah mau bagaimana, ini percobaan pindah pertamaku. Kalo mendengar cerita dari senior-senior yang ingin pindah, mereka udah mengajukan pindah berkali-kali. Entah berapa kali penolakan dan ghosting yang mereka terima.